Tips 2 Anak Mumtaz di Gontor, Penyemangat dari Prof Solihin bagi Wali Santri


Dapat nilai 6 atau 7 di Gontor itu sudah RUAR BIASA!!. Tapi jika mampu mumtaz hingga nilai di atas 9 itu AMAZING!! Tapi jika memiliki 2 anak yang lulus di Gontor dengan MUMTAZ dengan nilai sama rata-rata 9.07 silahkan cari kata yang bisa mengambarkan keadaan ini, saya ga sanggup kecuali mulut terbuka dan hanya bisa bertakbir.

Saya termasuk yang berpendapat kecerdasan yang diturunkan oleh orang tua tidak lebih dari 30 % yang berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Karena banyak faktor yang membuat kecerdasan itu tersembunyi, keluar, semakin tajam atau justru menjadi tumpul.

Seorang profesor bisa jadi menurunkan kecerdasannya pada anak karena genetis, tapi pola asuh, asupan makanan, suasana di sekeliling anak, interaksi orang tua dan anak, dan juga yang penting yaitu KETELADANAN yang berpengaruh besar pada perkembangan kecerdasan anak. Dan faktor supratransenden yaitu DOA dan keyakinan.

Maka tidak aneh jika dari seorang petani yang tidak pernah mengecap pendidikan bisa juga melahirkan generasi yang unggul atau sebaliknya dari seorang terdidik atau bahkan ulama tidak tertutup kemungkinan ada generasi setelahnya yang jauh dari yang diharapkan orang tua.

Bahkan Profesor Solihin sendiri terlahir bukan dari seorang kaya yang berpendidikan tinggi. Bahkan dari cerita beliau, untuk sekolah pun Beliau bekerja sendiri untuk mencukupi biaya sekolah karena orangtuanya tidak memiliki banyak harta. Dan sekarang Prof Solihin adalah Pembantu Rektor 2 di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Maka jika ada sebagian yang berpendapat "ah pantas anaknya pinter, bapaknya profesor", hehehe menurut saya pendapat ini kurang tepat bahkan cenderung tidak ada kepercayaan bahwa anak kita juga bisa seperti itu, kita juga, wali santri bisa menjadi orang tua seperti Profesor seperti itu. Tinggal belajar pada ahlinya dan mempunyai keyakinan. Pesimis salah satu penghalang doa.

Mari belajar dari Profesor Solihin Mukhtar dan istrinya Ibu Bariroh yang putranya Ustadz Syauqy Arinal Haqq (G1) dan Putrinya Ashfia Syahida (GP3). Dua-duanya adalah lulusan terbaik Gontor yang ternyata dirumahnya sendiri yang besar dan megah tidak ada meja belajar khusus yang diperuntukkan buat mereka. Bagi mereka belajar bukan kekakuan yang jika sudah dilakukan kemudian enggan menjadi rutinitas. Belajar bisa menjadi kesenangan. bahkan di sana belajar sambil nonton kartun tidak menjadi sesuatu yang dilarang.

Yang utama saya tangkap kemarin yaitu cara komunikasi antara orangtua dan anak tidak kaku. Ini sangat berpengaruh pada suasana hati anak, sehingga masukan, input pengembangan diri lancar mengalir. Ayah dan anak seperti sahabat. Nonton film bareng, nonton bola bareng, sering diajak diskusi, pergi bareng.

Dan memang jika membentuk orang besar pastilah ada didikan kesederhanaan di sana. Profesor dulu hidup full kesederhanaan. Sekarang kondisi ekonominya jauh lebih baik. Anak mudah mendapat fasilitas. Dan untuk mendidik kesederhanaan dan pengembangan diri Profesor hanya melihat Gontor salah satu yang terbaik.

Untuk lebih lengkap bisa lihat video di bawah ini


Terakhir, ternyata suatu nikmat yang luar biasa berkenalan dan mendapat ilmu dari wali santri- wali santri hebat. Dan ternyata benar menyekolahkan anak di Gontor membuat orang tua ikut ritme harus terus belajar.

Dan yang terpenting dari sekedar ilmu yang banyak, kecerdasan yang tinggi yaitu KEBERKAHAN ilmu. Kunci dari Profesor: Pastikan harta yang dipakai untuk asupan anak, pendidikan anak adalah harta yang benar-benar bersih. Masya Allah. terima kasih Prof. Senang berkenalan dengan Anda.

Comments

Popular Posts