Waspadai Titik Jenuh di Pondok! Apa dan Bagaimana Mengatasinya


Secara manusiawi, kondisi psikologi manusia akan menjumpai suatu titik dalam rutinitasnya dengan apa yang disebut titik jenuh. Begitu juga yang dapat dijumpai oleh anak-anak kita di pesantren atau pelajar pada umumnya. Tetapi pada umumnya ujian titik jenuh ini akan sangat besar kemungkinannya terjadi pada anak-anak di pesantren dibanding sekolah umum. Ini bisa terjadi karena keterbatasannya ruang, keterbatasan interaksi, baik terhadap individu diluar komunitasnya dan terhadap informasi dan juga aktifitas yang cenderung monoton.

Baca Juga





Apa itu titik jenuh?
Dalam teori kognitif, otak kita menampung segala informasi yang dilakukan panca indra. Semakin variasi informasi yang diterima otak maka otak akan memancing hormon kenyamanan keluar dan sebaliknya semakin homogen informasi yang diterima otak maka hormon ketidaknyamanan akan memancing suatu kondisi resistensi. Dalam ilmu psikologi, kejenuhan dalam dunia belajar ini disebut Learning Plateu.

Namun biasanya kondisi kejenuhan itu memiliki rentang waktu tertentu. Yang biasa terjadi menurut para peneliti psikologi yaitu rata-rata berkisar satu minggu. Karena secara naluriah kondisi titik jenuh yang membuat ketidaknyamanan ini biasanya akan “dilawan” dengan perubahan aktifitas sehingga kondisi psikologis kembali fresh atau setidaknya kesibukan baru menenggelamkan kondisi kejenuhan itu. Tapi tidak sedikit beberapa individu tidak mendapatkan “aktifitas baru” yang melawan kejenuhan itu sehingga rentang waktu kejenuhan akan panjang. Ini yang kemudian akan menyebabkan kondisi stres pada manusia.

Apakah titik jenuh berbahaya?
Kalau melihat definisinya sepertinya titik jenuh ini sangat mengkhawatirkan. Tapi sesungguhnya ini tidak seperti yang dibayangkan. Dalam teori survival malah kondisi titik jenuh adalah pelajaran alamiah yang bisa jadi akan dijumpai setiap individu. Ini bisa menjadi pelajaran yang sangat penting. Setiap kali kondisi titik jenuh teratasi maka akan menambah kemampuan diri, menguatkan kondisi mental atau psikologis.

Bagaimana dan kapan terjadi kondisi titik jenuh anak-anak kita di pesantren?
Menurut peneliti psikologi, kondisi kejenuhan ini terjadi di tengah hingga menjelang akhir suatu rutinitas. Jika diterapkan di rutinitas anak kita itu terjadi sekitar di kelas 4 dan 5 dan sedikit di kelas 6. Dari cerita anak dan pengalaman wali santri lain, tidak sedikit santri-santri di grade ini merasakan ingin pulang.

Bagaimana Gontor Mengatasi Hal ini?
Sebenarnya Gontor sudah mengatisipasi ini. Pengalaman yang panjang dan juga hasil olah fikiran dan ilham yang di dapat para asssatidz, dewan wakaf dan Kiai jika diikuti alur dan sunnahnya maka dapat mengatasi itu semua.

Dari yang Penulis amati, pembagian kelas senioritas sighor dan kibar merupakan salah satunya. Tiga tahun pertama santri dikategorikan sebagi santri kecil (sighor). Saat mendekati titik jenuh santri memasuki dunia yang baru (kibar) sehingga secara psikologi akan ada perubahan mental. Belum lagi banyaknya pilihan aktifitas di luar kelas seperti pramuka, ekskul, organisasi, aneka perlombaan dan kompetisi olahraga dan seni  dan juga yang kolosal yaitu DRAMA ARENA dan PANGGUNG GEMBIRA dan lain-lain. Belum lagi menjadi pengurus unit-unit usaha pondok dan rayon saat memasuki periode Kibar.

Perubahan periode mentalitas dan banyaknya pilihan aktifitas diharapkan bisa mengatasi masalah kejenuhan yang dihadapi, insya Allah

Baca Juga






Bagaimana Peran Orangtua?
Walau pondok sudah mengantisipasi namun peran orangtua sangat penting juga bagi kemampuan anak-anaknya melewati ujian kejenuhan ini. Dari beberapa pengalaman wali santri lain, cerita alumni dan pengalaman pribadi, bisa disimpulkan sebagai berikut:

1. Terus memotivasi dan mensupport dengan ungkapan-ungkapan yang memancing kepercayaan diri, seperti
·         Wah, Abang semakin hebat!
·         Bunda percaya Aa bisa!
·         Sebentar lagi Dek, terus berjuang! Dll

2. Tidak membebani dengan target nilai atau pencapaian. Tapi support untuk mengoptimalkan usaha apapun hasil yang nanti didapat.

3. Apresiasi setiap usaha anak untuk berkembang. Apresiasi itu memancing semangat.

4. Anjurkan mengikuti aktifitas di luar kegiatan belajar mengajar. Ini bagus untuk memvariasi aktifitas agar tidak jenuh

5. Setiap kali terhubung dalam komunikasi baik bertemu langsung dan telepon, perbanyak dengan informasi yang menyenangkan hati. Jangan lakukan poin 1 dan 2.

6. Terakhir namun paling utama, sandarkan aduan kepada Sang Maha Pemilik. Mantapkan doa. Paksakan ikhlas. Kuatkan harap bahwa Allah akan menjaga anak-anak kita, melancarkan usahanya, menuntaskan kewajibannya di pondok dan diberi kekuatan menjalani itu semua.


Sebagaimana disebutkan di atas, poinnya adalah:
Kejenuhan bukan masalah. Tapi cara menyikapi kejenuhan bisa menjadi masalah. Motonya hadapi dan tuntaskan.

Semoga anak-anak kita dibimbing Allah dan dilancarkan studinya di pondok hingga tuntas. Aamiin
Demikian yang bisa disampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu a’lam

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir (RiM)

Comments