8 Momen "Sentimentil/Air Mata" Walisantri saat Anak Di Gontor
Koq temanya "sentimentil" sih?! Hehehe sebab seru ๐ biar ga kaget nanti pas dapet tagihan SPP yang belum dibayar. Hehehe bercanda ๐๐. "Kesedihan tertentu" cenderung membuat orang berfikir, cenderung melatih sifat kontemplatif (perenungan) yang akan menumbuhkan empatif. Bahkan kesedihan dalam bingkai iman akan membuat kita memahami kelemahan, membuang kesombongan dan memiliki pengharapan yang besar kepada Allah karena menyadari ketidakberdayaan.
Nabi Muhammad Shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
ุนูุฑูุถูุชู ุนูููููู ุงููุฌููููุฉู ููุงููููุงุฑู ููููู
ู ุฃูุฑู ููุงููููููู
ู ููู ุงููุฎูููุฑู ููุงูุดููุฑูู ูููููู ุชูุนูููู
ููููู ู
ูุง ุฃูุนูููู
ู ููุถูุญูููุชูู
ู ูููููููุงู ููููุจูููููุชูู
ู ููุซููุฑูุง ููุงูู ููู
ูุง ุฃูุชูู ุนูููู ุฃูุตูุญูุงุจู ุฑูุณููููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููููู
ู ุฃูุดูุฏูู ู
ููููู ููุงูู ุบูุทููููุง ุฑูุกูููุณูููู
ู ููููููู
ู ุฎููููููู
"Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis."
Anas bin Mรขlik โperawi hadits ini mengatakan, โTidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan. [HR. Muslim, no. 2359]
Asal jangan sedih (karena duniawi) mulu ๐ karena bisa cenderung mengurangi produktifitas. Hiburan sudah banyak, mari kontemplatif ๐๐
...
Penulis membayangkan, jika anak sekarang sekolah di sekolah umum apakah akan sebanyak ini kita wali santri sentimentil atau menangis. Bisa jadi. mungkin bisa tanyakan pada orangtua yang punya anak di sekolah umum. Tapi dari obrolan di WA, lihat status-status di Facebook dan juga pengalaman sendiri, penulis mencatat banyak momen-momen wali santri (khususnya Emak-emak dan eehmm Bapak-bapak juga ... sedikit ...- mungkin) yang "diduga keras" meneteskan air mata jika mengalami, melihat atau kembali mengenang suatu peristiwa itu. Momen-momen apa aja itu? Mari kita lihat:
1. Melepas anak berangkat ke Pondok terutama untuk pertama kali.
Ini hampir bisa dipastikan ada air mata yang tumpah. Sekian tahun dalam pandangan, kadang dimanja, dibelai, kadang dimarahin dan diomelin, tidur dalam pangkuan, bercanda, makan bersama kemudian drastis besoknya berubah setelah sang anak berangkat. Apalagi jika ini adalah anak satu-satunya.
Bahkan momen yang ini bisa membuat seorang ayah yang "pantang" nangis, yang saat anak di rumah saja kurang dekat. Tapi sesaat setelah momen meninggalkan putrinya di pondok,Gontor Putri, kemudian mencari tempat sepi dan bersembunyi di balik tembok dan menangis sejadi-jadinya. Ini kisah nyata yang pernah diposting oleh wali santri di Facebook.
Baca Juga
2. Saat Pengumuman Masuk Gontor
Momen pengumuman apakah santri diterima atau tidak di Gontor betul-betul merupakan momen drama. Detik-detik menuju nomor pendaftaran anak disebut oleh Pimpinan Pondok adalah salah satu pemacu jantung yang semakin kencang setiap detiknya. Dan saat tiba nomornya disebut maka buncahlah tangis syukur sembari bersujud. Sebaliknya saat nomor anaknya terlewat, tangis sedih yang mendera sambil orang tua terus menyemangati anaknya yang menangis. Gontor bisaan mendesain ini. Luar biasa!
3. Saat Berdoa
Semua orangtua pasti selalu berdoa buat anaknya dimanapun putra/putrinya sekolah. Tapi walisantri Gontor "diduga" akan banyak mengeluarkan air mata saat berdoa. Perjuangan sedemikian rupa yang diarungi putra-putrinya membuat besarnya harapan wali santri agar Allah menjaga mereka disaat para orang tua tidak bisa menjaga, berharap Allah menanamkan semangat dalam hati putra/putrinya disaat pelukan penyemangat tak mampu dilakukan, berharap anak-anak bisa terus hingga menyelesaikan studi di pondok saat pertemuan singkat saat liburan atau telepon yang sesekali belum cukup sebagai penyampai motivasi buat mereka.
4. Saat Dapat Kabar Buruk dari Pondok
Semua orangtua pasti sedih jika dapat kabar buruk yang menimpa anak, begitupun wali santri. Kabar buruk itu dapat berupa anak yang sakit, anak dapat musibah, anak tidak betah di pondok atau saat anak kabur dari pondok.
Bahkan yang khas di Gontor ini, saat anak santri lain yang bukan anaknya tertimpa suatu musibah, maka tidak sedikit bahkan banyak sekali wali santri lain yang ikut menangis dan merasakan. Gontor ternyata menciptakan empati bukan hanya santri terhadap pondok tapi juga walisantri terhadap pondok dan sesama wali santri. Proud to be part of it, Alhamdulillah.
5. Saat Dapat Kabar Gembira
Koq mewek saat dapat kabar gembira? Ya bisalah tapi tentu tangis bahagia. Bahagia saat dapat nilai bagus itu sudah umum bagi semua orang tua dimanapun anak sekolah. Tapi ada kabar gembira lain yang bahagianya itu benar-benar lahir bathin
Ada wali santri bercerita, saat dia lagi menunggu dagangannya yang lagi sepi. Disaat pembeli yang hanya satu dua yang datang. Tiba-tiba putranya menelepon dan bercerita seperti biasa. Tapi ada satu berita yang membuat mata sang ayah berkaca-kaca, disaat anaknya berkata bahwa dia sangat menikmati sholat malam, bahwa saat ditimpa masalah maka pelariannya adalah sholat dan setelah sholat dia merasakan ketenangan. Masya Allah kabar gembira mana lagi yang lebih mengembirakan dari kabar ini? Pantaslah sang Ayah itu menangis, karena dalam fikirannya dirinya belum mencapai kualitas seperti itu apalagi mengajari anak untuk seperti itu. Maka setelah selesai telepon, beberapa kali sang ayah bersembunyi dari pandangan orang untuk menyeka air matanya, khawatir disangka nangis akibat dagangannya sepi ๐.
6. Saat Liburan Pertama saat Melihat Kondisi Anak
Ini terjadi pada beberapa wali santri. walau tidak sampai mewek "nangis India" tapi ada kesedihan dirasa wali santri.
Salah satu wali santri sempat shock saat mendapati penampilan fisik anak saat liburan pertama. Saat masuk pondok katanya anaknya badannya berisi sedikit gemuk, terawat dan bersih. Tapi saat menjemput anak di liburan panjang, mereka mendapati anaknya kurus, kulitnya rada gelap, ada beberapa jarban di badannya, dan -hehehe- bau. Sempat terbersit tidak tega tapi biasanya semangat anak mampu menghapus kesedihan itu.
Baca Juga
7. Saat Yudisium
Di Gontor itu yudisium ada dua, saat kelas 5 dan saat kelas 6. Sebenarnya momen ini tidak banyak yang memaksa orang tua menangis, mungkin disebabkan karena kebersamaan yang sudah lama membuat "agak terbiasa" dengan segala keputusan pondok. Tapi tetap saja masih ada air itu mengalir terutama saat mendapat keputusan anaknya tidak naik atau saat dipindahkan ke pondok cabang yang jauh.
8. Saat Anak Lagi Semangat Mondok Tapi Orang Tua Tidak Ada Biaya
Ini momen yang sangat-sangat menyentuh semua wali santri, atau bahkan mungkin semua orang tua. Campur aduk karena rasa ketidakmampuan, kesedihan semangat anak yang terputus dan juga rasa kecewa akan cita-cita anak yang (mudah-mudahan hanya) tertunda.
Momen yang pasti mengugah empati inilah yang menggerakkan wali santri lain tergerak membantu walau hanya semampunya yang sebelumnya telah membuat air matanya menetes.
Demikian yang terbetik di benak penulis, bisa jadi ada yang terlewat atau ada yang kurang tepat. Kritikan dan perbaikan diterima dengan senang hati (RiM
Comments
Post a Comment